Rabu, 04 Mei 2011

PENGARUH EARNINGS TERHADAP RETURN YANG DITERIMA OLEH PEMEGANG SAHAM

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa variabel earnings mempunyai
pengaruh nyata terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Populasi
perusahaan manufaktur barang konsumsi dalam tiga tahun yang diteliti,
menunjukkan earnings yang semakin baik. Pada tahun 2000, masih ada 9
perusahaan yang memiliki earnings negatif, tetapi pada tahun 2001 dan 2002
perusahaan yang memiliki earnings negatif masing-masing hanya 5 dan 4
perusahaan. Kondisi yang relatif baik ini bisa dipahami, karena perusahaanperusahaan
ini menghasilkan produk sehari-hari yang dikonsumsi oleh konsumen
akhir, sehingga nilai penjualan perusahaan relatif tidak mengalami penurunan.
Kesulitan perusahaan banyak bersumber pada masalah pendanaan dan beban
kerugian kurs. Penjualan yang relatif stabil ini memudahkan perusahaan untuk
mempercepat proses restrukturisasi hutang dengan kreditur, sehingga beban
keuangan yang timbul dari hutang bank bisa cepat diatasi.
Selain itu, depresiasi mata uang Rupiah terhadap US$ selama tiga tahun
terakhir juga menunjukkan perkembangan yang membaik. Pada tahun 2000,
Rupiah melemah sekitar 2.500 point (dari Rp 7.100 = US$ 1 menjadi Rp 9.595 =
US$ 1). Pada tahun 2001, Rupiah melemah sekitar 1.000 point (menjadi Rp 10.400
= US$ 1). Sedangkan pada akhir tahun 2002, Rupiah menguat menjadi Rp 8.940 =
US$ 1.
Kondisi earnings yang membaik ini ternyata juga berdampak nyata terhadap
kinerja saham. Earnings disusun berdasarkan standar akuntansi dan nampak
langsung pada laporan laba rugi. Publikasi earnings seringkali langsung
memberikan dampak positif terhadap perkembangan harga saham. Earnings
positif juga memungkinkan perusahaan membagi dividen kepada pemegang
sahamnya. Tetapi perlu diingat, bahwa earnings yang tinggi belum tentu
mencerminkan kas yang besar. Pada masa krisis ekonomi, kas perusahaan
memiliki nilai yang sangat tinggi. Dengan memiliki kas yang besar, perusahaan
bisa cepat menyelesaikan hutang macetnya, karena kreditur akan langsung
memberikan diskon tertentu (cash settlement). Di sisi lain, banyaknya perusahaan
pelanggan yang mengalami kesulitan likuiditas, mengakibatkan term penjualan
kredit secara umum menjadi lebih lama. Perusahaan harus secara terus menerus
mencari jalan yang lebih cepat dan lebih efisien untuk memproduksi dan menjual
barangnya.
Berdasarkan kondisi di atas, bisa dipahami timbulnya kesadaran para
investor bahwa earnings tinggi belum tentu akan mencerminkan kondisi yang
menguntungkan pada periode berikutnya. Pada masa yang seperti ini, dana tunai
mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang.




Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar